i turned 26 last month (october), perhaps 26 is a little less monumental than 25, tapi gw sangat bersyukur sekali atas perjalanan gw di umur 25 menuju 26 ini.
banyak hal yang gw pengen capai kyak mau lanjut S2 diluar, mau keliling Indonesia lah, seven summit lah, tapi Allah gugurin rencana itu atau lebih tepatnya Allah ganti sama hal lain yang lebih baik.
resign dari pekerjaan lama, memulai kehidupan baru dengan kerasnya Jakarta dengan gak nge-Kos alias PP Tangerang - Jakarta naik commuterline. Mungkin buat orang yang belom ngerasain sepele kali yah... tapi naik kereta pulang pergi setiap hari sarat makna buat gw, jadi berfilosofis sendiri (efek kebanyakan bengong di kereta).
kalo boleh ngutip dari kata2 Ika Natasha, semua orang di Jakarta berada in the state of trying, trying to get home, trying to get to work, trying to get money, trying to find a better sale, trying to stay, trying to leave, trying to work things out, makanya jadi kyak labyrinth of discontent, dan semua orang termasuk gw berusaha keluar dari labirin itu. The funny thing is, ketika kita hampir sampai nemuin pintu keluar labirin tapi malah ketemu hambatan lagi, pulling us back into the labyrinth, kita justru seneng karena gak perlu tiba di titik nyaman. It's the hustle and bustle of this city that we live for. Comfort zone is boring? right
Alhamdulilah juga Allah uda ngejabah sebagian dari doa doa gw, tinggal gw nya yang harus bisa pertahanin atau makin memantapkan diri jadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat untuk sesama.
banyak hal yang gw pengen capai kyak mau lanjut S2 diluar, mau keliling Indonesia lah, seven summit lah, tapi Allah gugurin rencana itu atau lebih tepatnya Allah ganti sama hal lain yang lebih baik.
resign dari pekerjaan lama, memulai kehidupan baru dengan kerasnya Jakarta dengan gak nge-Kos alias PP Tangerang - Jakarta naik commuterline. Mungkin buat orang yang belom ngerasain sepele kali yah... tapi naik kereta pulang pergi setiap hari sarat makna buat gw, jadi berfilosofis sendiri (efek kebanyakan bengong di kereta).
kalo boleh ngutip dari kata2 Ika Natasha, semua orang di Jakarta berada in the state of trying, trying to get home, trying to get to work, trying to get money, trying to find a better sale, trying to stay, trying to leave, trying to work things out, makanya jadi kyak labyrinth of discontent, dan semua orang termasuk gw berusaha keluar dari labirin itu. The funny thing is, ketika kita hampir sampai nemuin pintu keluar labirin tapi malah ketemu hambatan lagi, pulling us back into the labyrinth, kita justru seneng karena gak perlu tiba di titik nyaman. It's the hustle and bustle of this city that we live for. Comfort zone is boring? right
Jakarta sunset view from Cityloft Sudirman |
Alhamdulilah juga Allah uda ngejabah sebagian dari doa doa gw, tinggal gw nya yang harus bisa pertahanin atau makin memantapkan diri jadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat untuk sesama.
Comments
Post a Comment